Minggu, 14 Januari 2024

Tanah Air Beta yang Masih Tertancap di Sanubari

 

Indonesia tuh negara dengan beragam suku, agama, ras dan budaya. Bagaimana tidak? 1.300 suku, 6 agama yang diakui dengan mayoritas muslim terbesar juga di dunia (menurut data BPS) dan 1.239 warisan budaya takbenda (menurut katadata.co.id) dengan dihuni 278 lebih penduduk (menurut World Meter) yang tersebar di 17.000 pulau (menurut Laman Resmi Republik Indonesia). Angka ini menjadikan Indonesia berada di posisi ke-4 dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, hanya kalah oleh India, China dan Amerika Serikat (menurut databoks).

Tidak mengherankan juga kalau Indonesia berada di posisi ke-4 sebagai tempat investasi terbaik di dunia (survei dan penelitian kualitatif Negara Terbaik 2020), posisi ke-9  sebagai negara terbaik untuk memulai bisnis, menempatkan Bali di peringkat pertama sebagai destinasi paling favorit di dunia (walau akhir-akhir ini bulenya kaya nggak bisa diatur) dan lain-lain berdasarkan kategori yang bisa kalian cek disini.

Namun dari aspek lainnya, peringkat Indonesia juga tidak baik-baik saja. Bayangkan saja kita berada di peringkat 10 besar Negara dengan polusi terburuk di dunia. Indonesia menempatkan Jakarta berada di peringkat pertama dengan angka “160” yang artinya masuk kategori ‘Tidak Sehat’ (menurut data dari IQAir pada 14 Juni 2023). Indonesia juga ada di peringkat 110 dari 180 kategori negara paling korupsi di dunia (menurut Indeks Persepsi Korupsi [IPK]), peringkat 7 dengan lalu lintas terburuk di dunia (menurut Waze).

Bahkan pengguna internet orang Indonesia menjadi terbesar ke-4 di dunia dengan 171.260.000 pengguna pun masih melakukan penyelewengan, seperti informasi bohong (Hoaks), penipuan, judi, akses konten pornografi, kekerasan seksual, penculikan dan sebagainya. Indonesia juga merupakan negara dengan beban stunting tertinggi ke-2 di kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia, bahkan prevalensi balita stunting di tahun 2018 mencapai 30,8 % di mana 1 dari 3 balita mengalami stunting (menurut Data Riset Kesehatan Dasar). Terdapat 833 spesies langka sekarang terancam punah meliputi 114 jenis burung, 28 reptil dan 21 jenis ikan (menurut data IUCN 2008). Ada juga pemberitaan di Medan Zoo yang melaporkan bahwa 3 dari 6 harimau sumatera meninggal dengan sisanya mengidap penyakit kronis yang hampir dipastikan tidak bisa disembuhkan lagi.

Bukankah hal ini miris? Belum lagi seperti peringkat pertama pemain judi slot mengalahkan Rusia, pinjol yang menjamur sehingga merugikan negara triliunan rupiah, kurangnya minat membaca yang menyebabkan Indonesia  menjadi terburuk ke-2 / ke-3 dari 60 lebih negara, dan lebih parahnya adalah pornografi yang dengan mudah diakses oleh 60% anak di media sosial. Dengan ini pasti kalian akan menganggap saya benci Indonesia, saya tidak cinta NKRI dan lain-lain hanya karena beberapa aspek yang tidak sesuai (walaupun sudah saya jelaskan yang baik-baik di awal sih).

Tapi serius masalah seperti ini bukan seharusnya menjadi pemecah belah kesatuan di antara kita.  Saya nggak ada niat menjelek-jelekan nama Indonesia di mata kalian (meskipun kadang jengkel aja sama orang-orang di pemerintahan). Saya pengen kita punya mindset (gila…mindset). Ehhh..pola pikir agar bersama-sama mengubah Indonesia yang lebih baik lagi. Apalagi sudah ada rencana menuju Indonesia Emas 2045. Saya harap kalian para pembaca yang budiman mau setidaknya merenung sejenak memikirkan sebuah perubahan untuk negeri tercinta kita ini. Masa masih mau jadi netizen-netizen yang sok benar itu. Jangan dong! Pokoknya pembaca blog kecil ini harus beda lah. Tapi setelah ngomong panjang tadi, di samping sebagian besar minus di atas. Ada juga hal yang saya syukuri di Indonesia dulu dan sekarang.

Sumber : Brilio.net

Alhamdulillah-nya saya sejak kecil di lingkungan yang biasa aja memang. Cuman nggak ekstrem dan mencekam banget seperti yang terjadi di beberapa negara. Meski ya…..pembulian-pembulian nggak jelas itu masih ada aja sampe sekarang (lebih masif pas kecil sih tapi). Dari TK sampai SMK mesti ketemu temen yang punya geng sendiri atau kakak kelas yang sok jadi senior (padahal emang senior’kan ya) dan begitulah. Makanya yang saya syukuri dulu adalah KETENANGAN. Ya…siapa sih yang nggak pengen tenang’kan? Cuman asli, saya baru bisa tenang sekarang sih karena sering di rumah, nggak pernah main kemana-mana (karena nggak bisa ngendarain motor juga).

Sumber : Pinterest

Yang saya syukuri juga tinggal di sini yaitu RASA AMAN. “emangnya Indonesia pernah punya situasi bahaya, ya bang?”. Ya banyak….baik sebelum atau sesudah merdeka, masalah ada aja yang muncul. Dari internal maupun eksternal juga nggak main-main bahayanya. Saya merasakan juga saudara-saudara kita yang merasakan tragedi mengerikan beberapa tahun yang lalu. Hanya saja melihat perang Palestina-Israel yang menewaskan puluhan ribu orang lebih juga membuka mata saya akan nikmat aman yang selama ini tidak pernah diperhatikan sebelumnya. Atau saudara muslim kita Rohingya yang dibantai di negara asal, Myanmar kemudian terluntang-lantung di lautan mencari tempat tinggal yang aman. Masih banyak negara yang memiliki masalah yang serupa, baik saudara muslim yang terkena konflik di Suriah, Yaman, Afganistan dan lain-lain. Tak lupa ancaman dan hukuman atas penerapan islam di negara-negara barat seperti di Perancis dan lain-lain. Itu yang mendorong saya untuk lebih bersyukur atas nikmat di tengah masalah pemilu yang itu-itu mulu.

Saya harap banyaknya kekurangan di Indonesia tidak membuat kita antipasti terhadap usaha NKRI menyejahterakan maupun membangun negeri ini menjadi lebih baik lagi ke depannya. Mohon doanya juga untuk saudara-saudara kita di Palestina, Yaman, Suriah dan dimanapun mereka tinggal agar senantiasa diberikan perlindungan Allah Ta’ala dan diberikan kekuatan serta jalan keluar terbaik dalam menghadapi masalah mereka. Aamiin.

Sumber : Imgflip

Share:

0 comments:

Posting Komentar