Selasa, 09 Januari 2024

Menjaga Keseimbangan Diri Pribadi Secara Berkelanjutan

Zaman sekarang entah kenapa kesehatan mental menjadi suatu topik yang serius bahkan akhir-akhir ini . Banyak kejadian yang didasari oleh masalah dalam mental yang harus diatasi segera, mulai dari stres berat hingga terburuknya mengakhiri nyawa. Belum lagi istilah-istilah baru yang muncul di beranda-beranda media sosial kalian atau di sekitar tongkrongan sok asik kalian. Kita tidak akan gampang terserang mentalnya apapun serangannya dulu, sekarang malah gampang banget keganggu. Merasa anxiety lah, butuh healing, kesenggol dikit kena mental illness dan segala macam sebutan-sebutan yang bakal nyelonong di pembicaraan kalian.

Lalu apa yang membedakan orang-orang yang disebut gen-z ini lebih mudah terkena masalah mental dibanding era sebelumnya? Sebenarnya banyak faktor sih. Salah satunya bisa jadi dari pola didik orang tua. “Gimana tuh bang maksudnya?”. Contoh...Kalau di sekolah, kita pasti ada aja ulahnya dan wajar guru menghukum sampai nyerang fisik itu udah biasa. Kalau lapor orang tua pun auto dihantam ulang. Sekarang dipukul dikit aja, orang tua langsung lapor polisi, minta pelaku yang sejatinya guru yang mendidik dipenjara bahkan dimintai ganti rugi (pernah liat berita juga cuma gara-gara ditegur salat, guru dilaporkan ke polisi dan didenda 50 juta. Udah gila kali).

Bisa juga karena pola didik yang keras menjadikan mereka minder di lingkungan atau dari lingkungannya sendiri yang dilingkari sebuah aturan yang tidak cocok untuk orang yang nggak asik gitu. Dengan begitu banyaknya faktor yang menyebabkan masalah mental ini harus mendapat perhatian lebih ini, kita mesti pintar-pintar menjaga mental kita agar tetap dalam kewarasan pada umumnya. Jadi gimana caranya? Nah, sebagai penulis pemula nan amatir di blog kecil ini, saya akan memulai dengan beberapa tips versi saya (mungkin beberapa relate walau nggak banyak juga sih) dan hanya dua saja pasti akan membuat kalian bisa sedikit mengontrol masalah mental ini.

Menjaga Hubungan dengan Yang Maha Kuasa

Sumber : Pixabay

Percayalah semua hal buruk apapun itu termasuk masalah mental ini tidak terlepas dari dua hal, pertama sebagai ujian dan cobaan yang membuat kita semakin kuat atau kedua sebagai balasan atas segala dosa yang kita perbuat. Allah mau kita selalu kembali kepada-Nya. Bukan hanya lima menit, satu jam atau sehari tapi setiap saat dan setiap detik. Usahakan sehari ada hal ada yang bisa mendekatkan kita kepada Allah, entah itu melalui ibadah wajib (paling ditekankan) atau perbuatan sehari-hari. Bisa menolong orang yang kesusahan, memberi uang atau makan kepada yang membutuhkan, menebar senyum kepada siapa saja, bertutur kata santun. Maksimalin juga setiap ibadah sunnah semisal dzikir pagi-sore.

Evaluasi Diri Secukupnya, Sisanya Bodo Amat

Sumber : Popmama

Omongan manusia tidak harus ditolak semua namun ditelan mentah-mentah juga. Mungkin maksud mereka baik, hanya cara mereka saja yang menyebalkan. Jadi evaluasi diri secukupnya, kalau semisal ada yang bilang kurang ramah, belajarlah senyum di situasi tertentu. Arti ‘secukupnya’ maksud saya adalah semampunya terlihat baik menurut pandangan masyarakat umum walau kita agak kurang nyaman. ‘Kalau begitu kita tidak bisa diri kita dong.’. Masih bisa di tempat lain yang tidak ada kumpulan manusia tadi, kita masih bisa jadi apa yang kita mau selama sesuai dengan norma yang berlaku. Sisanya bodo amat peduli bagong kata Kang Reza di channel Saqahayang. Untuk seni bersikap bodo amat seperti apa, coba baca buku ini (Ahhh....pengen di-affiliate-in biar dapet duit).

BONUS

Sumber : Pixabay

Wah....bonus, bonus gini udah kaya fasilitas di e-course aja ini. Sebelumnya saya bilang kalau cuma dua cara dalam menghadapi kesehatan mental, tapi ini bisa menjadi pelengkapnyalah, yakni BE POSITIVE. Hal ini akan membalut dua elemen tadi agar menjadi sebuah kesatuan yang utuh. Dengan melatih diri bersikap positif ini juga akan meminimalisasi dampak buruk lainnya dari mental health ini.

Oh iya, hampir lupa. Kalau masalah kalian begitu berat, jangan sungkan-sungkan untuk konsultasi ke psikolog (ke situ bukan karena gangguan jiwa juga kali).  Tapi itu juga menjadi cara kita mengatasi masalah mental ini. Bang, males kalau keluar rumah gitu. Ada yang online, nggak?".  Karena saya sudah tau kalau kalian bakal ngomong begitu, kalian bisa langsung meluncur aja ke akun-akun Instagram seperti qalbooapp, pijar psikologi, meaningful.me, get.kalm, loadinginsightprocess, ibunda.id, psikologid, riliv. Itu tadi beberapa akun yang saya ikuti juga. Semoga bisa membantu kalian juga. Ada referensi lain? Tulis bae di komen.

“Semoga kalian dapat menjaga mental masing-masing agar tetap sehat dari luar dan dalam serta mengurangi berita mas-mas manjat menara sutet 45 meter gara-gara ditolak cewek.”

Share:

0 comments:

Posting Komentar