Jumat, 05 Januari 2024

Bijak dalam Meredam Kesedihan



Yo...Halooo....

Selamat pagi untuk kamu yang selalu di hati tapi tak pernah sedikitpun mengerti (Buseeettt, sok puitis banget). Ngomong-ngomong, apa kabar kalian semua, para pembaca budiman blog kecil ini. Meskipun diawali kalimat sok asik di atas, tapi semoga kalian baik-baik saja dan dalam lindungan Allah Ta'ala. Aamiin.

Sebagai manusia tidak selalu dalam kondisi yang seneng terus, bahagia terus. Akan ada satu titik kita berada di jurang kenestapaan bahkan tingkat terendah sekalipun. Ketika itu kesedihan tidak peduli mau digabungkan dengan apa pasti akan terasa perih saja. Saya dan kalian para pembaca sudah tentu mencari berbagai macam cara dilakukan untuk sekadar meredam sejenak hati yang dilanda galau dan gundah gulana. "Bang, kalau Anda gimana cara ngatasinnya?".  Nah, untuk menjawab pertanyaan yang mungkin tidak ada satupun yang menanyakan hal demikian (kayanya), saya akan sharing yang saya lakukan di kala sedih menyerang lemahnya hati. Bagi yang belum tahu caranya, ya....mudah-mudah bisa sedikit membantu kalian lah.

1. Salat

Sumber : Pexels

Mau dibilang sok suci, dikira muna kek (singkatan munafik). Asli salat diluar esensinya sebagai peribadahan kepada Sang Rabb, ia juga menjadi terapi obat hati ketika melanda. Penulis pemula nan amatir inipun sudah sering menaruh salat sebagai self healing yang sering digumamkan kaula muda seperti kalian. Mulai masalah dalam pekerjaan hingga problematika ruwet dunia percintaan sudah saya alami. Kalau kalian ingat kegagalan saya yang melamar perempuan di media sosial sampai ditinggal nikah sama orang yang disuka atau masalah pekerjaan dari kesulitan dalam melamar kerja, kerja di bidang yang tidak sesuai syariat hingga disuruh ikut bisnis berembel-embel keuntungan di luar nalar pun sudah kenyang saya cicipi. Tapi itu dia jeleknya manusia, terkadang saya juga terlena kalau salat disaat butuh saja, kalau enggak ya udah gitu. Konsepnya adalah mau suksesnya kita ngalahin keluarga Rockefeller atau sesusah sahabat Nabi Abu Dzar, tetaplah salat!. "Bang, saya terlalu banyak dosa" salat!, "Bang, saya kadang kurang kusyuk" salat!, "Bang, orientasi masih sering minta dunia" salat!. Mau gimanapun tetap salat aja, mudah-mudah Allah memberikan jalan yang terbaik dan jawaban atas permasalahan kalian selama ini. Sama kalau bisa paksain soalnya saya sering banyak denger tausiyah singkat atau ceramah tidak ada trik jitu biar rajin salat, kecuali dipaksa.

 2. Tidur

Sumber Asli : imgflip

Enggak tau juga sih, tapi tiap sedih atau nangis (soal saya kelewat cengeng) langsung tidur aja gitu. Sedih pun bisa banyak faktor, mungkin dimarahi ibu, dibentak bapak, diamuk kakak, dibully temen-temen dan lain-lain. “Ttttaapi’kan, bang. Tidur nggak bisa nyelesain masalah?”. Yang kalian katakan tepat. Namun tidur bisa juga menenangkan kepanikan jiwa yang terguncang tadi agar keesokan bisa lebih fresh pikiran kita menghadapi masalah yang belum terselesaikan semalam. Saya juga sering dengan tidur, besoknya saya tahu jawaban dari permasalahan saya atau bahkan sudah terselesaikan tanpa perlu usaha lebih. Bahkan menangis mampu membebaskan Spongebob dari alat pengering karena kebodohan teman terbaiknya Patrick. Bukannya dikeluarin pake tenaganya malah dilem alatnya. Emang aneh (lebih aneh lagi mencari korelasi dengan pernyataan sebelumnya, lagian kenapa harus Spongebob, ya. Tak apalah kartun favorit).

3. Berseluncur di Media Sosial

Sumber : Pexels

Maksudnya di sini contohnya saya ambil dua media sosial, yakni Instagram dan Facebook. Nah, di situ saya cuma scrolling biasa akhirnya berhenti seperti di yayasan crowfunding kaya penggalangan dana misalnya Kitabisa, Rumah Zakat, Sharing Happiness dan sebagainya. Mau saya donasi atau tidak (karena kadang habis untuk diri sendiri), tapi disinilah arti syukur sebenarnya ada sehingga membuat saya sadar masih banyak yang lebih berat ujian dan lebih ribet masalahnya. Melihat lansia masih berjuang baik untuk dirinya atau keluarga dengan pekerjaan yang tidak seharusnya mereka lakukan dengan usia mereka, begitu juga orang-orang (maaf) serba berkekurangan baik fisik dan finansial dengan semangat berkeliling jualan hingga malam pun masih mengais rupiah. Kadang pengen menghujat diri sendiri kaya ngapain sedih ini masih banyak yang bermasalah (kasarnya begitu) dan mereka tetap bisa bahagia senyum gitu, masa saya kalah hanya karena ditinggal perempuan. Kan suwek.

4. Melepaskan Beban di Kesunyian

Sumber : Pixabay

Sebuah langkah terakhir di saat bendungan air mata tidak sanggup menahan besarnya tekanan batin yang pengen nangis aja hawanya. Saya biasa cari tempat sepi (walaupun kalau di rumah juga nggak sepi-sepi amat). Akhirnya saya lepaskan di situ sejadi-jadinya. Terlalu menahan kesedihan juga tidak baik juga (kayanya ada risetnya coba kalian googling aja). “Bang, Anda cowok kok nangis sih?” Ya nggak masalah juga sih. Toh saya juga bilang saya orang yang kelewat cengeng, Yaaa....udah gitu. Sebenarnya laki-laki nangis tuh bukan aib. Itu merupakan sebuah luapan emosi yang sudah pada tahap tak bisa ditahan-tahan lagi. Jadi, menangis bisa untuk siapa saja.

Cara ini bukan patokan. Itu tadi, setiap orang memiliki caranya masing-masing. Yang jangan belarut-larut dalam kesedihan. Ingat akan ada pelangi di setiap redanya hujan yang turun.

“Kalau kalian cara jitu apa yang bisa dilakukan ketika merasa sedih selain berpura-pura membuatnya tertawa. Tulis di bawah komen, conversation kita entar.”

Share:

2 komentar: